Selasa, 17 November 2009

MEMPERCEPAT DISTRIBUSI DAN INFORMASI MELALUI EKSISTENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL

Heri Abi Burachman Hakim

ABSTRAK

Eksistensi teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak bagi semua segi kehidupan. Masyarakat sendiri semakin akrab dan bergantung pada eksistensi perangkat teknologi informasi. Sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat perpustakaan perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang terjadi masyarakat. Perpustakaan perlu menyesuaikan layanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan dinamika masyarakat. Di saat masyarakat akbrab dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi maka perpustakaan perlu mengembangkan layanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu wujud dari layanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi adalah dengan pengembangan perpustakaan. Dengan perpustakaan akan mempercepat distribusi informasi serta menyajikan koleksi perpustakaan dalam genggaman masyarakat.

Kata kunci: Informasi, Digitalisasi, Perpustakaan Digital

Pendahuluan

Dinamika masyarakat saat ini terjadi sangat cepat. Hal ini disebabkan karena iklim hidup yang semakin kompetif serta kemajuan teknologi yang terjadi. Kemajuan teknologi memungkinkan masyarakat melakukan rutinitas lebih cepat hingga waktu yang digunakan dapat efektif dan efisien.

Hambatan geografis tidak lagi menjadi masalah utama bagi masyarakat dalam menjalankan rutinitas harian. Masyarakat dapat lakukan aktivitasnya kapanpun dan dimanapun. Sekali lagi, ini dimungkinkan karena kemajuan teknologi informasi memberikan fasilitas melakukan aktivitas tersebut. Untuk berkomunikasi seorang saat ini tidak perlu harus bertatap muka atau berkirim surat yang memakan waktu lama, dalam hitungan detik saat ini masyarakat dapat berkomunikasi dengan menggunakan telepon, telepon seluler dan internet. Perkembangan berbagai teknologi tersebut memungkinkan masyarakat berkomunikasi melalui teleconference, chatting dan e-mail.

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah format masyarakat, dari masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat dunia global, sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, mengantarkan masyarakat memasuki sebuah desa besar, dimana masyarakat saling kenal dan menyapa satu sama lainnya(Bungin, 2006: 159). Masyarakat global ini memungkinkan komukasi secara global sehingga komunitas manusia mengasilkan budaya bersama, menghasilkan produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, distribusi informasi bersama bahkan mampu menciptakan peperangan dalam skala global di semua lini.

Semua lembaga perlu merespon fenomena ini. Baik itu lembaga pemerintahan, bisnis atau lembaga non profit perlu menyesuaikan diri dengan kondisi semacam ini. Berbagai lembaga tersebut mulai menyesuaikan diri dengan mengembangkan layanan berbasis “e-”. Lembaga pemerintah telah merespon kondisi ini dengan menerapkan e-government, lembaga bisnis merespon dengan menerapkan e-bisnis, sedangkan lembaga pendidikan merespon dengan mengerapkan e-learning atau e-education. Berbagai layanan baru tersebut sebagai bentuk respon atas dinamika yang terjadi dimasyarakat menjadikan internet dan teknologi jaringan komputer sebagai tulang punggungnya.

Sebagai bagian dari masyarakat maka perpustakaan perlu merespon kondisi yang sedang terjadi dimasyarakat. Ketika masyarakat menginginkan segala sesuatu berjalan dengan cepat maka perpustakaanpun perlu meresponnya. Perkembangan teknologi informasi yang membawa perubahan dimasyarakat juga perlu direspon oleh perpustakaan. seperti apa respon perpustakaan terhadap dinamika yang terjadi dimasyarakat akan coba dibahas dalam tulisan dibawah ini

Pembahasan

Informasi Sebagai Produk Layanan Perpustakaan

Perpustakaan memeliki beberapa jenis layanan yang disediakan bagi pengguna perpustakaan. Akan tetapi dari berbagai layanan tersebut, sebenarnya hanya ada satu produk yang dilayanankan kepada masyarakat. Perpustakaan hanya membungkus produk tersebut menjadi berbagai jenis layanan. Produk yang menjadi inti dari layanan perpustakaan adalah informasi.

Informasi saat ini menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Bahkan informasi menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang atau lembaga. Mereka akan sukses apabila mampu mengelohan dan memanfaatkan informas yang tersedia.

Informasi adalah nilai yang lebih tinggi dari data. Data merujuk pada fakta-fakta baik berupa angka-angka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakili deskripsi verbal atau kode tertentu. Apabila Informasi telah disaring dan diolah selalui suatu sistem pengolahan sehingga memiliki arti dan nilai bagi seseorang maka data itu berubah menjadi Informasi (Kumorotomo dan Margono, 1998: 10).

Dari definisi tersebut maka informasi dapat dianologikan sebagai pengetahuan, karena pengetahuan memberikan manfaat bagi orang yang memilikinya. Dalam dunia perpustakaan yang dilayankan perpustakaan adalah informasi karena didalam buku atau koleksinya lainnya di perperpustakaan terekan informasi dan ilmu pengetahuan.

Akan tetapi saat ini dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menyebabkan terjadinya ledakan data dan informasi. Disini informasi dan data akan berserakan layakanya sampah. Dan ini menjadi tugas pengelola perpustakaan mengolah data untuk menjadi informasi dan informasi yang telah diolah akan menjadi ilmu pengetahuan (Sutarno NS,2005: 65). Selanjutnya ilmu pengetahuan tersebut didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.

Mobile dan Wireless Technology

Kemajuan teknologi memberikan kemudahan bagi manusia. Untuk berkerja atau berkomunikasi, seseorang tidak perlu datang langsung kekantor atau bertatap muka satu sama lain. Semua dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Untuk berkerja seseorang dapat bekerja melalui internet sehingga tidak perlu datang kekantor. Sedangkan untuk berkomunikasi seseorang dapat menggunakan telepon.

Berbagai produk teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang. Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memasuki era mobile technology dan wireless technolgy. Era mobile technology adalah masa dimana produk-produk teknologi informasi dapat dibawa dan dimanfaatkan kapanpun dan dimanapun. Sedangkan untuk wireless technology adalah teknologi tanpa kabal.

Saat ini komunikasi masyarakat semakin dipermudah dengan keberadaan telepon seluler atau Personal Digital Assiten (PDA). Dimanapun seseorang dapat berkomunikasi tanpa bergantung pada jaringan kabel telpon yang disediakan PT Telkom. Munculnya berbagai operator telepon seluler semakin memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi.

Untuk perkembangan teknologi komputer dan jaringan saat ini telah mencapai masa teknologi wireless. Teknologi ini memungkinkan seseorang terkoneksi internet tanpa harus terhubung dengan kabel jaringan, dengan menggunakan komputer yang memiliki fasilitas wireless dan berapa pada area hotspot memungkinkan seseorang terkoneksi kedalam jaringan internet. Teknologi wireless semakin memudahkan komunikasi antar komputer

Ilustrasi diatas merupakan contoh dari produk mobile dan wireless technology. Dan perkembangan kedua teknologi tersebut memberikan pengaruh terhadap budaya dan gaya hidup masyarakat. Masyarakat menjadi masyarakat yang menginginkan segalanya disajikan secara cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan masyarakat telah dimanjakan oleh perkembangan teknologi yang memungkinkan segalanya disajikan dan didapatkan secara mudah dan cepat.

Harga-harga perangkat mobile technology yang semakin terjangkau menyebabkan pemanfaatan perangkat mobile technology menjadi gaya hidup sekaligus kebutuhan bagi masyarakat indonesia. Saat ini dapat dilihat bagimana masyarakat sangat tergantung pada telepon seluler sebagai alat komunikasi.

Berbagai produk teknologi informasi dan komunikasi diatas merupakan sarana untuk distribusi informasi, dan sebagai lembaga yang produk layanannya adalah informasi maka perpustakaan tentu berubah. Perubahan ini diperlukan untuk mendekatkan perpustakaan dengan pengguna serta memenuhi tuntutan pengguna perpustakaan agar perpustakaan mampu beradaptasi dengan dinamika yang terjadi. Dengan perubahan ini tingkat akses masyarakat terhadap layanan perpustakaan akan semakin meningkat. Perpustakaan perlu mendesain layanan yang mampu mempercepat distribusi informasi bagi pengguna perpustakaan.

Perpustakaan dalam Genggaman Tangan

Perkembangan mobile dan wireless technology tentu perlu direspon perpustakaan. Ketika masyarakat indonesia menjadi masyarakat “mobile” maka waktu mereka untuk mengakses perpustakaan secara langsung semakin terbatas. Dalam kondisi seperti ini perpustakaan perlu mendesain layanan yang mampu mendekatkan layanan perpustakaan kepada pengguna walaupun perpustakaan jauh secara fisik dari pengguna. Apabila hal ini tidak dilakukan perpustakaan, mungkin perpustakaan akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Jika berkunjung kebeberapa caffe atau mall di yogyakarta serta berkeliling ke berbagai fakultas yang ada di lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada, maka dapat dilihat mahasiswa yang sedang mengakses internet dengan menggunakan laktop atau PDA.

Melihat fenomena diatas serta akrabnya masyarakat dengan perangkat-perangkat mobile techonology seperti internet, PDA dan telepon seluler maka perpustakaan dapat mendesain layanan berbasis web. Layanan berbasis web ini memungkinkan pengguna mengakses layanan perpustakaan kapanpun dimanapun. Dengan perangkat mobile techology hal ini tentu mungkin dilakukan.

Konsep layanan berbasis web ini tidak hanya sebatas perpustakaan memiliki sebuah website. Saat ini banyak telah perpustakaan memiliki website. Akan tetapi selama ini kebanyakan website perpustakaan tersebut hanya difungsikan sebagai sarana publikasi atau katalog online sebuah perpustakaan. seharusnya eksistensi website perpustakaan juga dimanfaat sebagai digital library sehingga perpustakaan dapan diakses selama 24 jam.

Layanan berbasis web yang dimaksudkan disini adalah optimalisasi website perpustakaan dalam memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan. Pengguna dapat mendapatkan layanan apapun yang mereka butuhkan melalui website perpustakaan. Misalnya untuk ngetahui status suatu koleksi ada atau sedang pinjam, memesan buku yang dibutuhkan dapat melalui website perpustakaan Untuk mewujudkan hal ini maka sistem informasi perpustakaan perlu terintegrasi dengan web perpustakaan.

Website perpustakaan tersebut nantinya juga akan difungsikan sebagai perpustakaan digital. Melalui website yang dimiliki perpustakaan dapat menyajikan koleksi yang dimilikinya kepada pengguna perpustakaan. Dengan usaha ini maka pengguna tidak perlu berkunjung ke perpustakaan. Cukup dengan mengakses website perpustakaan dengan laktop atau komputer desktop mereka dapat menikmati koleksi digital perpustakaan untuk menunjang aktivitasnya. Dengan demikian maka perpustakaan seolah-olah berada dalam genggaman mereka. Bahkan di era mobile techology semacam ini tampaknya perpustakaan digital merupakan format ideal perpustakaan yang diimpikan masyarakat. Dimanapun dan kapapun mereka dapat mengakses layanan serta koleksi yang dimiliki perpustakaan.

Melalui website ini pula perpustakaan dapat membuka layanan pesan koleksi, perpanjangan atau layanan delivery service. Sehingga apabila satu buku telah masuk daftar pesanan maka tidak dapat dipinjam oleh pengguna lain serta apabila tidak memiliki waktu untuk datang ke perpustakaan pengguna dapat memanfaatkan layanan delivery service agar perpustakaan mengantarkan buku yang dipesannya di posisi dia berada, atas layanan ini tentu pengguna perpustakaan dikenai biaya tersendiri.

Selain itu, teknologi telepon seluler juga dapat dimanfaatkan dalam menunjang layanan berbasis web. Caranya, pengguna perpustakaan dapat memesan buku, cek status buku atau meminta layanan delivery service buku melalui telepon seluler yang mereka miliki. Perkembangan teknologi telepon seluler dan software komputer memungkinkan melalukan hal tersebut. Saat ini untuk memesan tiket pesawat terbang atau melakukan transaksi perbankan cukup dilakukan dengan menggunakan telepon seluler tanpa harus datang langsung ke perpustakaan dan mengapa perpustakaan tidak mampu menerapkan konsep ini dalam layanan perpustakaan.

Dengan layanan berbasis web ini mungkin akan menurutkan tingkat kunjungan pengguna perpustakaan ke perpustakaan, akan tetapi akan meningkatkan akses pengunjung terhadap layanan yang disediakan perpustakaan. Pengguna perpustakaan akan semakin dekat dengan perpustakaan dan dengan mudah dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan setiap saat. Perpustakaan seolah-olah berada dalam genggaman tangan pengguna perpustakaan, karena hanya dengan mengoperasikan berbagai produk teknologi informasi dan komunikasi yang ada dalam genggaman tangan mereka, masyarakat dapat menikmati layanan perpustakaan.

Koleksi Digital sebagai Kebutuhan

Untuk realisasi konsep layanan diatas maka sudah saatnya perpustakaan membangun koleksi digital. Fungsi koleksi digital ini sebagai pelengkap koleksi tercetak yang dimiliki perpustakaan. Kedua jenis koleksi ini diharapkan mampu menjembatani kebutuhan dua kelompok pengguna perpustakaan yang berbeda, yaitu mereka yang lebih aktif memanfaatkan koleksi tercetak serta menyediakan kelompok yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengakses langsung perpustakaan dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengakses koleksi digital perpustakaan.

Perpustakaan perlu menghimpun koleksi digital. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk menghimpun koleksi digital yaitu dengan melakukan proses digitalisasi koleksi atau mencari koleksi digital yang tersebar di dunia maya atau internet.

Digitalisasi koleksi merupakan adalah proses digitalisasi dokumen, informasi dan koleksi lainya sehingga berwujud dokumen digital (Suprihadi, 2005; 2). Dengan kata lain digitalisasi berarti melakukan konversi dari koleksi tercetak menjadi koleksi digital maka ada berbagai sarana yang dibutuhkan perpustakaan. Proses konversi ini adalah usaha untuk Sarana tersebut dapat berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Perangkat keras yang dibutuhkan meliputi komputer lengkap dengan scanner, sedangkan untuk kebutuhan perangkat lunak proses digitalisasi membutuhkan program adobe acrobad. Adobe acrobad merupakan program yang familiar digunakan untuk konversi dalam format digital.

Cara kedua yaitu memanfaatkan internet sebagai sarana untuk menghimpung koleksi digital. Cara ini merupakan cara yang efektif dan efisien. Efektif disini dimaksudkan bahwa dengan memanfaatkan internet koleksi digital dapat diperoleh secara cepat dan tepat. Sedangkan efisien disini dimaksudkan bahwa koleksi digital tersebut diperoleh secara cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Di dunia internet tersedia banyak jurnal on-line atau elektronik, makalah atau e-book. Apabila perpustastakaan mampu melakukan langkah ini maka distribusi informasi bagi mereka yang membutuhkan dapat dilakukan secara cepat.

Konsep Open Content

Perpustakaan digital yang menjadikan website sebagai sarana layanannya merupakan format perpustakaan yang ideal bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi seperti saat ini. untuk mengakses layanan dan koleksi perpustakaan, mereka tidak perlu mengakses perpustakaan secara fisik, cukup dengan mengakses website perpustakaan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan akan segera diperoleh.

Akan tetapi untuk membangun perpustakaan digital bukan tanpa masalah. Salah satu masalah besar yang terkait dengan realisasi perpustakaan digital adalah masalah hak cipta. Sampai saat ini hak cipta menjadi momok dalam melakukan kegiatan digitalisasi. Perpustakaan tentu tidak ingin kasus digitalisasi koleksi beberapa perpustakaan oleh google yang mendapat protes keras dari penerbit karena dianggap melanggar hak cipta terulang lagi.

Untuk itu dalam kegiatan digitalisasi koleksi, perpustakaan harus memiliki batasan yang jelas mengenai koleksi yang aman untuk digitalasi atau tidak. Perpustakaan tentu tidak ingin dituntut penerbit karena dianggap melanggar hak cipta.

Untuk itu koleksi yang didigitalisasi adalah koleksi yang berlabel “Open Content”. Dalam dunai penulisan saat ini dikenal konsep baru yaitu open content, konsep ini berusaha untuk memfasilitasi pembuatan “content” yang berkualitas dan dapat tersedia secara gratis (Rahadjo, 2000: 2). Open content merupakan gerakan seperti open source yang memberikan kebebasan orang menggunakan produk-produknya tanpa harus takut terjerat undang-undang hak cipta. Open content memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memanfaatkan tulisan atau informasi yang ada dalam sebuah karya. Mereka bebas menggunakannya bahkan menggandakannya. Atau dengan katalain digitalisasi koleksi yang berlabel open content tidak akan menimbulkan masalah.

Sedangkan untuk terbitan atau buku-buku yang berlabel hak cipta maka perpustakaan tidak perlu mendigitalkan koleksi tersebut kecuali ada izin dari penulis karya tersebut. Selain itu untuk publikasi lokal (grey literature) yang disumbangkan oleh pengguna perpustakaan, perpustakaan dapat meminta izin terlebih dahulu kepada pengguna yang menghibahkan karyanya tersebut agar perpustakaan diberikan izin untuk mendigitalkan karya yang telah disumbangkannya ke perpustakaan.

Sampai saat ini belum ada pembahasan yang jelas mengenai digitalisasi dan hak cipta, untuk itu perputakaan perlu berhati-hati Usaha ini dilakukan agar perpustakaan proses digitalisasi koleksi perpustakaan tidak tergolong sebagai salah satu kategori pelanggar hak cipta.

Perubahan Pola Kerja

Di era mobile technology seperti saat ini, membawa perubahan atas pola kerja serta oritentasi kerja perpustakaan. Pola kerja perpustakaan tidak hanya berorientasi pada layanan konvensional, akan tetapi mulai berubah ke orientasi layanan berbasis teknologi informasi.

Pustakawan tidak hanya sibuk mengurus kartu katalog, memasang kelengkapan buku atau masih banyak lagi kegiatan konvensional lainnya. Pustakawan akan semakin dengan kegiatan analisis informasi, digitalisasi koleksi, serta publikasi koleksi digital perpustakaan melalui website perpustakaan. Analisis informasi disini mencakup kegiatan analisis ribuan informasi yang tersebar di internet, pustakawan mulai mengklasifikasi informasi yang dibutuhkan pengguna kemudian menyusun metadata atas informasi tersebut sehingga memudahkan proses temu kembali informasi. Kegiatan digitalisasi meliputi kegiatan alih media dari dokumen tercetak menjadi dokumen digital, pustakawan dapat menggunakan scanner sebagai perangkat keras dan adobe acrobat sebagai perangkat lunak yang digunakan untuk mendigitalisasi koleksi perpustakaan. Setelah itu, koleksi digital tersebut disajikan dalam website perpustakaan sehingga dapat diakses oleh masyarakat yang semakin bermobilitas tinggi.

Untuk itu profil pustakawan kedepan adalah pribadi yang komunikatif, berkemampuan berpikir kritis, mampu mengaplikasikan serta senantiasa mengikuti perkembangan teknologi informasi. Pustakawan tidak hanya dibekali dengan ilmu manajemen perpustaan serta pengolahan bahan pustaka, akan tetapi pustakawan juga perlu melengkapi dirinya dengan kemampuan dibidang teknologi informasi. Sudah saat pustakawan belajar menggunakan aplikasi desain website seperti macromedia dreamweaver, php sebagai scripting serta mysql sebagai database. Pengetahuan tersebut diperlukan agar pustakawan mampu mendesain website perpustakaan, bahkan dapat mendesain program automasi perpustakaan. Dengan keterampilan seperti ini maka pustakawan dapat mendesain perpustakaan masa depan tanpa harus bergantung pada orang-orang yang bergerak dibidang teknologi informasi.

Penutup

Mobilititas masyarakat yang semaking tinggi serta perkembangan mobile technology menghembuskan angin perubahan bagi perpustakaan. Perubahan ini mutlak dilakukan agar perpustakaan tidak ditinggalkan oleh masyarakat, karena di era semacam ini muncul banyak lembaga-lembaga alternatif menyediakan informasi bagi masyarakat. Langkah-langkah yang perlu dilakukan perpustakaan dalam upaya pembenahan ini adalah sebagai berikut:

  1. Menanamkan kepada setiap pustakawan tentang konsep perpustakaan kedepan sehingga setiap pustakawan dapat mempersiapkan diri dalam usaha menuju perpustakaan masa depan.
  2. Pustakawan perlu melengkapi dirinya dengan keterampilan dibidang teknologi informasi karena kedepan teknologi informasi tidak dapat dipisahkan dari dunia perpustakaan.
  3. Saat ini kualifikasi SDM yang dibutuhkan perpustakaan adalah mereka yang memiliki kemampuan berbahasa internasional, berpikir kritis serta mampu mengaplikasikan perangkat teknologi informasi dan komunikasi.
  4. Perpustakaan perlu mendesain layanannya berbasis web sehingga dapat diakses oleh masyarakat di era mobile technology saat ini.
  5. Perpustakaan dapat membuka layanan delivery service guna membantu anggota perpustakaan yang tidak dapat datang langsung ke perpustakaan untuk meminjam buku yang dibutuhkan.
  6. Dalam kegiatan digitalisasi koleksi perpustakaan perlu mempertimbangkan masalah hak cipta yang melekat pada koleksi tersebut.

Daftar Pustaka

Arif, Ikhwan. “Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan” Makalah Seminar dan Workshop Sehari “ Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan “ UMM 4 Oktober 2003

Buxbaum, Shari, (Ed.). 2004. Library Service: Perpustakaan Virtual untuk Kuliah Bisnis Sistem Jarak Jauh, Tren yang Berkembang Saat ini. Jakarta: Muari Kencana.

Bungi, M. Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Kumorotomo, Wahyudi dan Subandono Agus Margono. 1998. Sistem Informasi Manajemen. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Nugroho, Bunafit. 2004. Aplikasi Pemrograman Web Dinamis dengan PHP dan MySQL: Studi Kasus, Membuat Sistem Informasi Pengolahan Data Buku.Yogyakarta: Gava Media.

Pujiyono, Wahyu; Umar, Rusdi dan Sari, Kustanti Arum. 2005. “Sistem Pesanan Pelayan Tiket Via SMS”. Seminar Peran Perguruan Tinggi di Era Mobile Technology, 27 Agustus Dilaksanakan oleh Universita Ahmad Dahlan, Yogykarta. Hal. 39-44

Rahardjo, Budi, “Bisnis Open Source”, Makalah disampaikan pada “National Open Source Workshop & Conference (NOSWOCK 2000)”, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 25 - 29 September 2000.

Sopandi, Dede. 2004. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung: Informatika.

Suprihadi, Eddy. Digitalisasi Informasi Karya Ilmiah dan Perlindungan Karya Intelektual Makalah ini disampaikan pada seminar: “Online Informasi Resource Sharing dan Digitalisasi Karya Ilmiah di Lingkungan Perguruan Tinggi”.Universitas Malang, 3 Oktober 2005.

Sutarno NS. 2005. Tanggung Jawab Perpustakaan dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar