"The response of some librarians to the digital revolution is described by CNN.com as follows: “Some wear tattoos, piercings and dress like they belong on the streets of Brooklyn instead of behind bookshelves. They’re also trying on new titles. Instead of librarians, they’re ‘information specialists’ or ‘information scientists.’ “ Frankly, I don’t care if my librarian “wears” tattoos or piercings, though the poor choice of verb is an inadvertent indicator of the superficiality of the gesture, and I don’t care if they call themselves “librarians,” “information scientists” or “corporeal data facilitators.” What I care about is if my librarian is helping, in his or her small way, to maintain our culture and our civilization, or whether he or she is acquiescing, in a limp and laughable way, to its degradation."
Senin, 07 September 2009
Today’s Librarian: Hip, Delusional, and Doomed
Deklarasi Bali Untuk Berbagi Akses Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital di Indonesia bertekad membuka akses koleksi masing-masing sehingga bisa dimanfaatkan sumber daya informasinya secara bersama. Demikian salah satu butir deklarasi yang dihasilkan pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) I, yang berlangsung di Hotel Discovery Kartika Plaza, Kuta, Bali, Selasa (2/12) lalu.
Dalam 7 butir deklarasi tersebut, juga ditegaskan tekad untuk menjalankan dan mematuhi sepenuhnya UU RI No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan, pemanfaatan berbagai investasi untuk pengembangan perpustakaan, dan menjalin kerjasama inter dan antar institusi agar terjadi interaksi pertukaran informasi dari daerah yang kaya akan informsi ke daerah yang miskin akan informasi (information resource sharing).
Selain itu, perpustakaan digital akan mengembangkan isi digital (digital content) perpustakaan untuk bisa dimanfaatkan secara bersama, mengadakan pelatihan SDM perpustakaan yang berkelanjutan, serta mengadakan konferensi perpustakaan digital Indonesia setiap tahunnya.
Ketua Panitia KPDI I Zainal A. Hasibuan, Ph.D menyatakan, sesuai dengan tujuannya, KPDI diharapkan menjadi suatu konferensi nasional tahunan yang mewadahi para akademisi, peneliti, pemerintah, dan pustakawan Indonesia untuk bertukar pikiran dan pengalaman tentang pemanfaatan bersama sumber daya informasi dan membangun jaringan sehingga menutup jurang antara daerah yang kaya informasi dengan daerah yang miskin informasi.
Pelaksanaan acara KPDI I juga berbarengan dengan penyelenggaraan acara International Conference on Asia-Pacific Digital Libraries ke-11, 2-5 Desember 2008. Tahun ini, Perpustakaan Nasional, Universitas Indonesia, dan Universitas Kristen Petra, bertindak sebagai tuan rumah.
“Peserta ICADL ke-11 dan KPDI I ini berjumlah 350 orang yang terdiri dari 113 orang peserta asing, 237 orang peserta lokal, dan berasal dari 30 negara. Peserta berasal dari berbagai universitas, sekolah, perpustakaan umum daerah, berbagai pusat informasi, LSM, perusahaan swasta, dan instansi pemerintah lainnya”, tegas Zainal A Hasibuan.
ICADL adalah sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan setiap tahun secara bergantian di berbagai kota di Asia Pasifik. Konferensi ini merupakan forum yang sangat bergengsi dan ajang pertemuan akbar bagi para pakar, praktisi, dan pembuat keputusan di bidang perpustakaan, dokumentasi, ilmu informasi, informatika, ilmu komputer, telematika, dan lainnya.
ICADL ke-11 secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor III Universitas Indonesia Sunardji SE.,MM. Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Komputer terpilih Prof. T. Basaruddin, Ph.D memberikan sambutan pada acara makan malam yang dihadiri seluruh panitia dan para pembicara