Bantul, Kompas - Peran perpustakaan perlu dioptimalkan di era multimedia yang merasuk ke semua penjuru. Perpustakaan tidak lagi diposisikan sebagai gudang buku dengan koleksinya yang terbatas, melainkan harus dimaknai sebagai pusat informasi masyarakat. Karenanya, koleksi perpustakaan yang dimiliki harus multiformat, baik buku maupun file, dengan tambahan akses internet.
"Perpustakaan adalah layanan tak terbatas waktu dan ruang. Karena itu, perpustakaan hadir bukan hanya menjaga koleksi dan memberikan akses yang pasif, tetapi memberikan nilai pada informasi dan pengetahuan yang lebih penting," kata Kepala Perpustakaan Kabupaten Bantul Eddy Susanto, Sabtu (24/10).
Saat ini perpustakaan Bantul belum memiliki koleksi data dalam bentuk file. Namun, ke depan, tengah dibuat persiapan transformasi ke arah multiformat. "Sistem komputerisasi kami awali dari pelayanan peminjaman dan pengembalian buku. Dengan sistem itu, kami dengan mudah bisa mengetahui buku-buku yang belum kembali maupun yang terlambat dalam pengembalian," ujar Eddy.
Saat ini, perpustakaan juga menyediakan layanan internet gratis. Masyarakat bisa memanfaatkan layanan internet gratis itu untuk mencari informasi yang bermanfaat. "Selain buku, internet bisa menjadi sumber informasi yang praktis karena hampir semua jenis informasi bisa digali dari internet," tutur Eddy. Rak kosong
Jumlah koleksi buku perpustakaan Bantul saat ini berkisar 57.000 buah, yang sebagian besar buku non-fiksi. Tiap tahun pengadaan buku melalui APBD sekitar 3.000 buku, dengan anggaran Rp 100 juta. Buku-buku yang dibeli masih kurang untuk mencukupi rak-rak perpustakaan dan perpustakaan mobil keliling.
"Dengan kapasitas yang saat ini ada, pengadaan buku tiap tahun minimal 10.000 buku, dengan nilai anggaran antara Rp 400 juta-Rp 500 juta. Bayangkan, untuk satu unit mobil keliling saja butuh isi sekitar 2.500-3000 buku. Sementara ini, kami ada delapan unit mobil sehingga sisa buku di rak perpustakaan tinggal 9.000 buku," kata Eddy.
Deny (23), seorang pengunjung perpustakaan, mengaku senang dengan kehadiran perpustakaan daerah. Apalagi, pihak perpustakaan tidak menerapkan sistem denda bagi peminjam yang telat mengembalikan bukunya.
"Saya biasanya ke perpustakaan untuk mencari informasi soal pertanian karena saya masih menempuhkan pendidikan di fakultas pertanian. Ke depan saya berharap bisa mengakses data berupa file dari perpustakaan, seperti di kantor-kantor penelitian dan pengembangan," ucapnya. (ENY)